Ciri Kalimat Jurnalistik

Berikut ini merupakan ciri kalimat jurnalistik:

1.    Benar dan Logis
Menurut seorang pakar bahasa, kalimat adalah bagian terkecil dari tulisan atau teks yang mengungkapkan pikiran dan perasaan yang utuh secara ketatabahasaan. Setiap kalimat, disamping harus benar bentuknya (susunan katanya mengikuti kaidah tata bahasa) juga harus logis maknanya (mempunyai arti yang dapat diterima akal sehat). Makna sebuah kalimat dalam karangan ditentukan antara lain oleh makna atau himpunan kata yang terdapat dalam kalimat, makna hubungan antara kalimat sebelum dan kalimat sesudahnya, serta makna yang terbentuk dari konteks situasi pada saat kalimat itu muncul atau digunakan (Yohanes, 1991:2-3).
Setiap kata memiliki arti dan makna. Arti sebuah kata dapat dilihat pada kamus. Makna sebuah kata bergantung pada konteks dan situasi pada saat kalimat ditulis atau diucapkan serta pesan pokok yang ingin disampaikan. Untuk itu, sebuah kalimat harus benar dilihat dari segi bentuk dan susunan katanya. Sebagai contoh, kalimat presiden akan tidak berantas korupsi menyatakan berhenti bukanlah kalimat yang benar dan logis. Selain menyalahi kaidah tata bahasa, susunan katanya tidak bisa diterima logika. Kalimat itu seharusnya berbunyi: presiden menyatakan tidak akan berhenti memberantas korupsi.

2.    Dimulai Huruf Kapital
Menurut pakar bahasa, tidak perlu heran bila ada kalimat yang hanya terdiri atas satu atau beberapa kata karena konteks situasi kalimat memungkinkan hal itu terjadi, dan dapat dipahami maknanya. Jadi, bukanlah dari sudut panjang atau pendeknya sebuah kalimat dinilai, melainkan bermakna tidaknya kalimat yang didukung oleh faktor-faktor tersebut. Cirri atau tanda kehadiran sebuah kalimat adalah dimulai dengan huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Kadang-kadang di antara huruf besar (memulai kalimat)dengan ketiga tanda baca tersebut (mengakhiri kalimat) terdapat pula berbagai tanda baca yang lain yang berupa koma, titik koma, titik dua, tanda kurung, tanda petik, elipeis, atau sepasang tanda pisah yang mengapit bentuk tertentu (Yohanes, 1991:2-3)
Ciri kalimat jurnalistik juga demikian karena bahasa jurnalistik senantiasa merujuk dan tunduk kepada kaidah tata bahasa baku. Sebagai salah satu ragam bahasa, dalam sedikit atau beberapa hal, bahasa jurnalistik memang berbeda dengan ragam bahasa lain. Tetapi dalam banyak hal, bahasa jurnalistik sama dan sebangun dengan ragam bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidaklah bersifat elitis. Bahasa jurnalistik justru sangat demokratis dan populis.

3.    Sederhana dan Ringkas
Struktur kalimat dalam bahasa jurnalistik termasuk dalam kategori sederhana karena umumnya hanya mengandung unsure subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK). Dilihat dari kedudukan setiap klausa dalam kalimat, bahasa jurnalistik bahkan diyakini lebih menyukai dan mengutamakan kalimat klausa majemuk setingkat. Artinya dua klausa atau lebih yang terdapat dalam sebuah kalimat mempunyai kedudukan yang setara, tidak saling bergantung pada klausa yang lain. Selain itu kalimat klausa majemuk setingkat umumnya sederhana, ringkas dan jelas. Contoh kalimat klausa majemuk setingkat:
Rektor menegaskan ia tidak akan menaikkan SPP tahun ini dan meminta para mahasiswa untuk kembali kuliah.
Kebalikan dari kalimat klausa majemuk setingkat adalah kalimat klausa majemuk bertingkat. Pada kalimat klausa majemuk bertingkat, dua klausa lebih yang terdapat dalam sebuah kalimat tidak setara tetapi bertingkat, dan klausa yang satu bergantung pada klausa yang lain. Selain itu kalimat klausa bertingkat umumnya panjang dan bertingkat-tingkat, sehingga sering kurang bisa dipahami maksudnya. Contoh kalimat klausa majemuk bertingkat:
Tugimin, bocah tujuh tahun penderita lumpuh layu akibat gizi buruk, setelah dirawat inap selama dua bulan, akhirnya diizinkan meninggalkan rumah sakit untuk dirawat di rumah, asalkan pihak keluarga menyanggupi untuk mengawasi dan melaporkan perkembangan kesehatannya secara rutin.

4.    Menarik dan Lugas
Kalimat jurnalistik disusun dalam rangkaian kata yang tegas-jelas-lugas dan menarik. Tegas-jelas-lugas dilihat dari sisi isi pesannya, dan menarik dilihat dari sisi pilihan katanya. Kalimat seperti itu mampu membangkitkan minta dan perhatian khalayak untuk segera membaca, mendengarkan atau menyimaknya, saat sedang mengantuk sekalipun. Contoh kalimat jurnalistik yang menarik dan lugas:
Alih fungsi lahan di Punclut, Bandung, mengancam kawasan itu. Kawasan lindung yang ada semakin menyempit, sementara permukiman semakin meluas sri sekitar 50 hektar pada tahun 2004 meningkat menjadi sekitar 50 hektar pada tahun 2005 (Harian pagi Kompas, Jakarta, 3 Maret 2006).

5.    Deklaratif dan Informatif
Kalimat jurnalistik lebih banyak bersifat deklaratif dan informatif, artinya memberitahukan atau melaporkan fakta peristiwa kepada khalayak secepat mungkin dengan kandungan bobot informasinya yang actual, factual, menarik atau penting, akurat, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, etis dan bermanfaat (Sumadiria, 2004:106). Contoh kalimat jurnalistik yang bersifat deklaratif dan informative:
Ketidakmatangan perencanaan tata ruang menjadi sumber kemacetan di kota Bandung. Luas jalan di kota Bandung hanya tiga persen dari 16,7 ribu hektar luas seluruh kota, padahal jumlah kendaraan yang beroperasi  tujuh ribu unit pada hari biasa dan 35 ribu unit pada akhir pekan (Harian pagi Kompas, Jakarta, 3 Maret 2006).

Related Post



agie anditia felangi mengatakan...

terdapat dalam buku apa ya mba tidak disertai daftar pustaka?

Posting Komentar